Harga RM 5 / Rp. 5,000
Tabloid Sinondang Mandailing (Cahaya Mandailing) dengan slogan sinondang marabang torang, torang maroban sonang (cahaya membawa terang, terang membawa senang) dilancarkan/diluncurkan di Medan, baru-baru ini. Edisi pertama tabloid tersebut terbit pada hari Khamis 14 June/Juni 2007.
Tabloid itu banyak merangkum makalah-makalah dan berita-berita ringkas seputur kabupaten Mandailing-Natal (Madina) yang disadur dari surat khabar, akan diterbitkan pada setiap hari Khamis minggu kedua setiap bulan.
Tajuk sidang pengarangnya, mencita-citakan 'seluruh warga Mandailing, baik mora, kahanggi maupun anak borunya dengan ikhlas mau membina persatuan yang kuat berupa persatuan sibulus-bulus sirumbuk-rumbuk dan melalui persatuan yang demikian itu bersama-sama pula menumbuhkan rasa cinta yang besar dan dalam terhadap Mandailing dengan keadaan jiwa senantiasa merasa bangga sebagai warga Mandailing dalam arti, jauh dari rasa malu atau rasa rendah diri sebagai warga Mandailing sejati, bukan yang lain dari itu'.
Menginggatkan kita pada kata pengantar Asal-Oesoelnja Bangsa Mandailing, Berhoeboeng dengan perkara tanah Wakaf bangsa Mandailing, di Soengei Mati - Medan, yang diterbitkan pada 1926.
'Riwajat tanah wakaf ini dikarangkan dan dihimpoenkan, goenanja teroetama ialah sebagai peringatan kepada sekalian bangsa Mandailing jang mentjintai kebangsaannja, terlebih-lebih bagi mereka itoe jang berdiam diperantauan.
‘...riwajat ini djadi peringatan kepada bangsa Mandailing,...hanjalah kadar djadi peringatan dibelakang hari kepada toeroen-toeroenan bangsa Mandailing itoe, soepaja mereka tahoe bagaimana djerih pajah bapa-bapa serta nenek mojangnja mempertahankan atas berdirinja kebangsaan Mandailing itoe. Dengan djalan begitoe diharap tiadalah kiranja mereka itoe akan sia-siakan lagi kebangsaannja dengan moedah maoe mehapoeskannja dengan djalan memasoekkan diri pada bangsa lain jang tidak melebihkan martabatnja’.
Redaksi menerima tulisan berkenaan dengan kebudayaan, adat istiadat, sejarah, masalah sosial dan ekonomi masyarakat Mandailing; berita keluarga baik tentang kelahiran, perkahwinan dan berita sungkawa (sedih atau dukacita) dan kalau dapat disertai foto. Liputan berita keluarga tidak dikenakan bayaran. Redaksi membisu tentang politik.
Sinondang Mandailing mempunyai perwakilan di Jakarta, Bandung, Palembang, Jambi Bengkulu, Pekanbaru, Padang Sidempuan, Mandailing-Natal, Sibolga/Tapanuli Tengah, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan/Tanjung Balai dan Labuhan Batu. Meskipun ia ada perwakilan di Malaysia, pada edisi perdana ini tidak ada laporan dari negara tertangga itu, yang mempunyai penduduk berketurunan Mandailing.
Mudah-mudahan kekurangan ini dapat diatasi pada edisi berikutnya kerana ia bisa mempereratkan ikatan silaturahim antara alak Mandailing Indonesia dan Malaysia. Sesungguhnya orang Mandailing itu satu rumpun, baik mereka warga negara Indonesia mahupun Malaysia, dan pada masa mendatang, seharusnya mereka ditanggapi bersama oleh Sinondang Mandailing sebagai menjambatani dua saudara yang dipisahkan oleh negara-bangsa yang kewujudannya di belakang keberadaan Mandailing.
Sewaktu-waktu kita berbicara tentang Mandailing jangan kita lupa atau membelakangnya kerabat kita orang Mandailing Kristian. Walaupun mereka Kristian, mereka tetap Mandailing. Perbedaannya hanya pada agama, tapi dari segi etnik mereka etnik Mandailing.
Pada muka depan tabloid itu dimuatkan kata sambutan Dr. Adnan Buyung Nasution di samping pengumuman bahawa Ikatan Keluarga Nasution (Ikanas) mendapat nakhoda baru iaitu Dr. Mulia Panusunan Nasution setelah Ketua Umum Ikanas yang lama, Samsi B. Nasution meninggal dunia. Alfatihah
Dua tulisan oleh H. Syarifuddin Lubis dan Zulkifli B. Lubis, yang saling bertautan, pada satu sisi mengeluh tentang gugatan arus modernisasi dan globalisasi pada adat budaya Mandailing dan pada sisi yang lain, menyeru umat Mandailing bersatu untuk melestarikan serta membangunkan kembali Mandailing dengan merentas jalan kebersamaan. Dalam kerangka itu, Sinondang Mandailing memanggil kita pelajari dan menggunakan surat tulak-tulak aksara khas orang Mandailing dalam salah satu artikelnya. Ini dibantu dengan adanya Kamus Bahasa Mandailing Indonesia.
Sementara Zulkarnain Lubis menyorot pendidikan di Madina yang diiringi artikel tentang SMA Negeri Plus Kotanopan yang diharapkan menjadi benchmark (standar baku dan kayu ukur) bagi sekolah-sekolah lain di Madina.
Pemuka adat H. Pandapotan Nasution menulis 'Renungan tentang Mandailing' dan 'Tata Cara Perlaksanaan Perkahwinan di Mandailing' topik keahliannya yang sudah dibukukan. Budayawan Z. Pangaduan Lubis mengungkapkan 'Willem Iskander dan Kita Orang Mandailing' selain artikelnya tentang pra-sejarah di Mandailing. P. Dolok Lubis pula membicarakan tentang pembentukan huta di Mandailing termasuk asal-usulnya dan pendirinya.
Buat orang Mandailing marga Rangkuti edisi perdana cukup bererti kerana adanya artikel berjudul, 'Rangkuti, Marga Ksatria dari Mandailing' tentang asal-usul marga mereka. Manakala tulisan Jasinaloan mengkisahkan tentang asal-usul pohon aren menurut legenda di Mandailing.
Artikel Sri Mulyani Nasution, satu-satunya penulis wanita coba menepis stigma bahawa orang Mandailing itu pelit, yang juga dikenali dengan istilah Manipol (kedekut, bakhil atau kikir). Semoga orang Mandailing jauh dari sikap tersebut kerana 'Orang kikir jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, sebaliknya orang yang pemurah dekat dengan Allah, dekat dengan syura, dekat dengan manusia dan jauh dari neraka.' (H. R. Tarmizi).
Alamat Sidang Pengarang
Dua tulisan oleh H. Syarifuddin Lubis dan Zulkifli B. Lubis, yang saling bertautan, pada satu sisi mengeluh tentang gugatan arus modernisasi dan globalisasi pada adat budaya Mandailing dan pada sisi yang lain, menyeru umat Mandailing bersatu untuk melestarikan serta membangunkan kembali Mandailing dengan merentas jalan kebersamaan. Dalam kerangka itu, Sinondang Mandailing memanggil kita pelajari dan menggunakan surat tulak-tulak aksara khas orang Mandailing dalam salah satu artikelnya. Ini dibantu dengan adanya Kamus Bahasa Mandailing Indonesia.
Sementara Zulkarnain Lubis menyorot pendidikan di Madina yang diiringi artikel tentang SMA Negeri Plus Kotanopan yang diharapkan menjadi benchmark (standar baku dan kayu ukur) bagi sekolah-sekolah lain di Madina.
Pemuka adat H. Pandapotan Nasution menulis 'Renungan tentang Mandailing' dan 'Tata Cara Perlaksanaan Perkahwinan di Mandailing' topik keahliannya yang sudah dibukukan. Budayawan Z. Pangaduan Lubis mengungkapkan 'Willem Iskander dan Kita Orang Mandailing' selain artikelnya tentang pra-sejarah di Mandailing. P. Dolok Lubis pula membicarakan tentang pembentukan huta di Mandailing termasuk asal-usulnya dan pendirinya.
Buat orang Mandailing marga Rangkuti edisi perdana cukup bererti kerana adanya artikel berjudul, 'Rangkuti, Marga Ksatria dari Mandailing' tentang asal-usul marga mereka. Manakala tulisan Jasinaloan mengkisahkan tentang asal-usul pohon aren menurut legenda di Mandailing.
Artikel Sri Mulyani Nasution, satu-satunya penulis wanita coba menepis stigma bahawa orang Mandailing itu pelit, yang juga dikenali dengan istilah Manipol (kedekut, bakhil atau kikir). Semoga orang Mandailing jauh dari sikap tersebut kerana 'Orang kikir jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, sebaliknya orang yang pemurah dekat dengan Allah, dekat dengan syura, dekat dengan manusia dan jauh dari neraka.' (H. R. Tarmizi).
Alamat Sidang Pengarang
Sinondang Mandailing
Jl. Beringin No. 9
Komplek Wartawan Medan
Tel: (061) 6621 300
Email: Mandailing@yahoo.co.id